PEMILIHAN kepala daerah telah memunculkan berbagai fenomena patologis. Celakanya, inilah sakit yang dipandang normal.
Yang patut dicatat antara lain ada kepala daerah yang sudah dua kali menjabat rela turun pangkat sebagai calon wakil kepala daerah asalkan tetap menjadi penguasa. Patologis karena tidak bisa membedakan antara promosi dan degradasi.
Tidak itu saja. Ada kepala daerah yang mendorong anaknya menjadi peserta pemilu kepala daerah untuk menggantikannya. Ini sakit dari jenis yang lain lagi, yaitu memandang jabatan kepala daerah bagaikan jabatan di ranah privat.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar